Biografi Susilo Bambang Yudhoyono
awa Timur 9 September 1949. Istrinya bernama Kristiani
Herawati, merupakan putri ketiga almarhum Jenderal (Purn) Sarwo Edhi Wibowo.
Pensiunan jenderal berbintang empat ini adalah anak tunggal dari pasangan R.
Soekotjo dan Sitti Habibah. Darah prajurit menurun dari ayahnya yang pensiun
sebagai Letnan Satu. Sementara ibunya, Sitti Habibah, putri salah seorang
pendiri Ponpes Tremas.
Kehidupan Susilo Bambang Yudhoyono
Beliau dikaruniai dua orang putra yakni Agus Harimurti
Yudhoyono, lulusan terbaik SMA Taruna Nusantara Magelang yang mengikuti dan
menyamai jejak dan prestasi SBY di dalam militer, ia juga lulus dari Akmil
tahun 2000 dengan meraih penghargaan Bintang Adhi Makayasa kemudian putra kedua
yaitu Edhie Baskoro Yudhoyono yang merupakan lulusan Nanyang Technological
University di bidang Ekonomi dan bekecimpung di dunia politik.
Pendidikan
Pendidikan SR adalah pijakan masa depan paling menentukan
dalam diri SBY. Ketika duduk di bangku kelas lima, beliau untuk pertamakali
kenal dan akrab dengan nama Akademi Militer Nasional (AMN), Magelang, Jawa
Tengah. Di kemudian hari AMN berubah nama menjadi Akabri. SBY masuk SMP Negeri
Pacitan, terletak di selatan alun-alun. Ini adalah sekolah idola bagi anak-anak
Kota Pacitan. Mewarisi sikap ayahnya yang berdisiplin keras, SBY berjuang untuk
mewujudkan cita-cita masa kecilnya menjadi tentara dengan masuk Akademi
Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Akabri) setelah lulus SMA akhir tahun
1968. Namun, lantaran terlambat mendaftar, SBY tidak langsung masuk Akabri.
Maka SBY pun sempat menjadi mahasiswa Teknik Mesin Institut 10 November
Surabaya (ITS).
Masuk Militer
Namun kemudian, SBY justru memilih masuk Pendidikan Guru
Sekolah Lanjutan Pertama (PGSLP) di Malang, Jawa Timur. Sewaktu belajar di
PGSLP Malang itu, beliau mempersiapkan diri untuk masuk Akabri. Tahun 1970,
akhirnya masuk Akabri di Magelang, Jawa Tengah, setelah lulus ujian penerimaan
akhir di Bandung. SBY satu angkatan dengan Agus Wirahadikusumah, Ryamizard
Ryacudu, dan Prabowo Subianto. Semasa pendidikan, SBY yang mendapat julukan
Jerapah, sangat menonjol. Terbukti, belaiu meraih predikat lulusan terbaik
Akabri 1973 dengan menerima penghargaan lencana Adhi Makasaya.
Pendidikan militernya dilanjutkan di Airborne and Ranger
Course di Fort Benning, Georgia, AS (1976), Infantry Officer Advanced Course di
Fort Benning, Georgia, AS (1982-1983) dengan meraih honor graduate, Jungle
Warfare Training di Panama (1983), Anti Tank Weapon Course di Belgia dan Jerman
(1984), Kursus Komandan Batalyon di Bandung (1985), Seskoad di Bandung
(1988-1989) dan Command and General Staff College di Fort Leavenworth, Kansas,
AS (1990-1991). Gelar MA diperoleh dari Webster University AS. Perjalanan
karier militernya, dimulai dengan memangku jabatan sebagai Dan Tonpan Yonif
Linud 330 Kostrad (Komandan Peleton III di Kompi Senapan A, Batalyon Infantri
Lintas Udara 330/Tri Dharma, Kostrad) tahun 1974-1976, membawahi langsung
sekitar 30 prajurit.
Pengalaman di Militer
Batalyon Linud 330 merupakan salah satu dari tiga batalyon
di Brigade Infantri Lintas Udara 17 Kujang I/Kostrad, yang memiliki nama harum
dalam berbagai operasi militer. Ketiga batalyon itu ialah Batalyon Infantri
Lintas Udara 330/Tri Dharma, Batalyon Infantri Lintas Udara 328/Dirgahayu, dan
Batalyon Infantri Lintas Udara 305/Tengkorak. Kefasihan berbahasa Inggris,
membuatnya terpilih mengikuti pendidikan lintas udara (airborne) dan pendidikan
pasukan komando (ranger) di Pusat Pendidikan Angkatan Darat Amerika Serikat,
Ford Benning, Georgia, 1975. Kemudian sekembali ke tanah air, SBY memangku
jabatan Komandan Peleton II Kompi A Batalyon Linud 305/Tengkorak (Dan Tonpan
Yonif 305 Kostrad) tahun 1976-1977. Beliau pun memimpin Pleton ini bertempur di
Timor Timur.
Sepulang dari Timor Timur, SBY menjadi Komandan Peleton
Mortir 81 Yonif Linud 330 Kostrad (1977). Setelah itu, beliau ditempatkan
sebagai Pasi-2/Ops Mabrigif Linud 17 Kujang I Kostrad (1977-1978), Dan Kipan
Yonif Linud 330 Kostrad (1979-1981), dan Paban Muda Sops SUAD (1981-1982).
Ketika bertugas di Mabes TNI-AD, itu SBY kembali mendapat kesempatan sekolah ke
Amerika Serikat. Dari tahun 1982 hingga 1983, beliau mengikuti Infantry Officer
Advanced Course, Fort Benning, AS, 1982-1983 sekaligus praktek kerja-On the job
training di 82-nd Airbone Division, Fort Bragg, AS, 1983. Kemudian mengikuti
Jungle Warfare School, Panama, 1983 dan Antitank Weapon Course di Belgia dan
Jerman, 1984, serta Kursus Komando Batalyon, 1985. Pada saat bersamaan SBY
menjabat Komandan Sekolah Pelatih Infanteri (1983-1985)
Lalu beliau dipercaya menjabat Dan Yonif 744 Dam IX/Udayana
(1986-1988) dan Paban Madyalat Sops Dam IX/Udayana (1988), sebelum mengikuti
pendidikan di Sekolah Staf dan Komando TNI-AD (Seskoad) di Bandung dan keluar
sebagai lulusan terbaik Seskoad 1989. SBY pun sempat menjadi Dosen Seskoad
(1989-1992), dan ditempatkan di Dinas Penerangan TNI-AD (Dispenad) dengan tugas
antara lain membuat naskah pidato KSAD Jenderal Edi Sudradjat. Lalu ketika Edi Sudradjat
menjabat Panglima ABRI, beliau ditarik ke Mabes ABRI untuk menjadi Koordinator
Staf Pribadi (Korspri) Pangab Jenderal Edi Sudradjat (1993).
Lalu, beliau kembali bertugas di satuan tempur, diangkat
menjadi Komandan Brigade Infantri Lintas Udara (Dan Brigif Linud) 17 Kujang
I/Kostrad (1993-1994) bersama dengan Letkol Riyamizard Ryacudu. Kemudian
menjabat Asops Kodam Jaya (1994-1995) dan Danrem 072/Pamungkas Kodam
IV/Diponegoro (1995). Tak lama kemudian, SBY dipercaya bertugas ke Bosnia
Herzegovina untuk menjadi perwira PBB (1995). Beliau menjabat sebagai Kepala
Pengamat Militer PBB (Chief Military Observer United Nation Protection Force)
yang bertugas mengawasi genjatan senjata di bekas negara Yugoslavia berdasarkan
kesepakatan Dayton, AS antara Serbia, Kroasia dan Bosnia Herzegovina. Setelah
kembali dari Bosnia, beliau diangkat menjadi Kepala Staf Kodam Jaya (1996).
Kemudian menjabat Pangdam II/Sriwijaya (1996-1997) sekaligus Ketua
Bakorstanasda dan Ketua Fraksi ABRI MPR (Sidang Istimewa MPR 1998) sebelum
menjabat Kepala Staf Teritorial (Kaster) ABRI (1998-1999).
Terjun ke Dunia Politik dan Menjadi Presiden Keenam Republik
Indonesia
Sementara, langkah karir politiknya dimulai tanggal 27
Januari 2000, saat memutuskan untuk pensiun lebih dini dari militer ketika
dipercaya menjabat sebagai Menteri Pertambangan dan Energi
pada pemerintahan Presiden KH Abdurrahman Wahid. Tak lama kemudian, SBY pun
terpaksa meninggalkan posisinya sebagai Mentamben karena Gus Dur memintanya
menjabat Menkopolsoskam. Pada tanggal 10 Agustus 2001, Presiden Megawati
mempercayai dan melantiknya menjadi Menko Polkam Kabinet Gotong-Royong. Tetapi
pada 11 Maret 2004, beliau memilih mengundurkan diri dari jabatan Menko Polkam.
Langkah pengunduran diri ini membuatnya lebih leluasa menjalankan hak politik
yang akan mengantarkannya ke kursi puncak kepemimpinan nasional. Dan akhirnya,
pada pemilu Presiden langsung putaran kedua 20 September 2004, SBY yang
berpasangan dengan Jusuf Kalla meraih kepercayaan mayoritas rakyat Indonesia
dengan perolehan suara di attas 60 persen. Dan pada tanggal 20 Oktober 2004
beliau dilantik menjadi Presiden RI ke-6. Kemudian setelah akhir jabatannya
pada tahun 2009, ia kemudian mengumumkan akan maju lagi sebagai calon presiden
dengan yang didampingi oleh Boediono sebagai Cawapres yang diusung oleh partai
Demokrat, kemudian setelah pemilihan umum pada tahun 2009, SBY kemudian
terpilih untuk kedua kalinya sebagai presiden dengan masa jabatan 2009 hingga
2014 bersama Boediono sebagai wakil presiden.
Berikut ini Biodata lengkap tentang Susilo Bambang Yudhoyono
Nama Lengkap :
Prof. Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono
Tempat Tanggal
Lahir : 9 September 1949, di Desa Tremas, Arjosari, Pacitan, Jawa Timur,
Indonesia.
Partai politik :
Partai Demokrat.
Istri : Kristiani
Herrawati.
Anak : Agus
Harimurti Yudhoyono, Edhie Baskoro Yudhoyono.
Almamater :
Akademi Militer (US Army Command & General Staff College, Universitas
Webster), Institut Pertanian Bogor.
Profesi : TNI,
Politikus.
Agama : Islam.
Pendidikan :
Akademi Angkatan
Bersenjata RI (Akabri) tahun 1973
American Language
Course, Lackland, Texas AS, 1976
Airbone and Ranger
Course, Fort Benning , AS, 1976
Infantry Officer
Advanced Course, Fort Benning, AS, 1982-1983
On the job
training di 82-nd Airbone Division, Fort Bragg, AS, 1983
Jungle Warfare
School, Panama, 1983
Antitank Weapon
Course di Belgia dan Jerman, 1984
Kursus Komando
Batalyon, 1985
Sekolah Komando
Angkatan Darat, 1988-1989
Command and
General Staff College, Fort Leavenwort, Kansas, AS
Master of Art (MA)
dari Management Webster University, Missouri, AS
Karier :
Dan Tonpan Yonif
Linud 330 Kostrad (1974-1976)
Dan Tonpan Yonif
305 Kostrad (1976-1977)
Dan Tn Mo 81 Yonif
Linud 330 Kostrad (1977)
Pasi-2/Ops
Mabrigif Linud 17 Kujang I Kostrad (1977-1978)
Dan Kipan Yonif
Linud 330 Kostrad (1979-1981)
Paban Muda Sops
SUAD (1981-1982)
Komandan Sekolah
Pelatih Infanteri (1983-1985)
Dan Yonif 744 Dam
IX/Udayana (1986-1988)
Paban Madyalat
Sops Dam IX/Udayana (1988)
Dosen Seskoad
(1989-1992)
Korspri Pangab
(1993)
Dan Brigif Linud
17 Kujang 1 Kostrad (1993-1994)
Asops Kodam Jaya
(1994-1995)
Danrem
072/Pamungkas Kodam IV/Diponegoro (1995)
Chief Military
Observer United Nation Peace Forces (UNPF) di Bosnia-Herzegovina (sejak awal
November 1995)
Kasdam Jaya
(1996-hanya lima bulan)
Pangdam
II/Sriwijaya (1996-) sekaligus Ketua Bakorstanasda
Ketua Fraksi ABRI
MPR (Sidang Istimewa MPR 1998)
Kepala Staf
Teritorial (Kaster ABRI (1998-1999)
Mentamben (sejak
26 Oktober 1999)
Menko Polsoskam
(Pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid)
Menko Polkam
(Pemerintahan Presiden Megawati Sukarnopotri) mengundurkan diri 11 Maret 2004
Penugasan :
Operasi Timor Timur 1979-1980 dan 1986-1988
Presiden Republik Indonesia Dua periode 2004-2014
Penghargaan :
Adi Makayasa
(lulusan terbaik Akabri 1973)
Tri Sakti Wiratama
(Prestasi Tertinggi Gabungan Mental Fisik, dan Intelek), 1973
Satya Lencana
Seroja, 1976
Honorour Graduated
IOAC, USA, 1983
Satya Lencana
Dwija Sista, 1985
Lulusan terbaik
Seskoad Susreg XXVI, 1989
Dosen Terbaik
Seskoad, 1989
Satya Lencana
Santi Dharma, 1996
Satya Lencana
United Nations Peacekeeping Force (UNPF), 1996
Satya Lencana
United Nations Transitional Authority in Eastern Slavonia, Baranja, and Western
Sirmium (UNTAES), 1996
Bintang Kartika
Eka Paksi Nararya, 1998
Bintang Yudha
Dharma Nararya, 1998
Wing Penerbang
TNI-AU, 1998
Wing Kapal Selam
TNI-AL, 1998
Bintang Kartika
Eka Paksi Pratama, 1999
Bintang Yudha
Dharma Pratama, 1999
Bintang Dharma,
1999
Bintang Maha
Putera Utama, 1999
Tokoh Berbahasa
Lisan Terbaik, 2003
Bintang Asia (Star
of Asia) dari BusinessWeek, 2005
Bintang Kehormatan
Darjah Kerabat Laila Utama dari Sultan Brunei
Doktor Honoris
Causa dari Universitas Keio, 2006.
0 komentar:
Post a Comment